28/03/2009 20:15 wib - Daerah Aktual
Depkes Terapkan Indikator Mutu Keperawatan
Surakarta, CyberNews. Seluruh rumah sakit dan tenaga medis di Indonesia harus mengikut Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan. Rencananya pemberlakuan indikator itu akan dimulai secara resmi pada pertengahan 2009. Hal tersebut dinilai penting karena kualitas tenaga medis memiliki andil hinga 80 persen untuk kesembuhan pasien.
Seperti disampaikan Direktur Bina Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Ilham Setyo Budi SKP MKes di sela-sela seminar nasional Asuhan Keperawatan Pasien TB HIV Terkini, Sabtu (28/3). Seminar yang digelar Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta itu merupakan rangkaian peringatan Hari TB Sedunia.
"Ada banyak factor yang mendukung kesembuhan pasiennya. Misalnya kondisi ketika dia dibawa ke RS, penanganan tenaga medis dan kesiapan alat. Nah tenaga medis ini bisa mempengaruhi 80 persen kesembuhan pasien. Sehingga dari sisi pelayanan keperawatan juga butuh indikator."
Ilham menjelaskan ada enam poin yang menjadi indikator standar pelayanan keperawatan bagi pasien. Yaitu keamanan, kenyamanan,bebas dari kecemasan, kepuasan, perawatan diri serta pendidikan kesehatan dan informasi kepada pasien.
"Selama ini masing-masing unit pelayanan kesehatan punya indikator pelayanan Memang tidak ada yang salah, hanya saja seharusnya ada standar baku yang disepakati secara nasional. Setelah dibahas bersama akhirnya kami tentukan enam poin itu," ungkap Ilham.
Sebagai langkah awal, indikator tersebut sudah diterapkan sebagai uji coba di 19 RS vertical di sembilan propinsi. Antara lain, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. "Nanti saat peluncuran secara nasional akan kami undang seluruh kepala Dinas Kesehatan tingkat propinsi, pimpinan RS vertikal, RS propinsi dan RS khusus. Itu dilaksanakan sekitar Juni atau Juli. Sekaligus untuk sosialisasi ke bawah kami minta masing-masing daerah melakukannya", jelasnya.
Pihaknya mengatakan sampai saat ini masih melihat sebanyak 40 persen perawat belum melaksanakan standar mutu pelayanan tersebut. Ilham mengakui hal tersebut salah satunya disebabkan minimnya tenaga perawat yang tersedia. Dijelaskannya, rasio ideal antara jumlah bed perawatan dengan perawat adalah 1:3. Sementara dalam prakteknya saat ini baru terpenuhi rasio 1:1.
"Di Indonesia seorang perawat selain menjadi kepanjangan tangan dokter,juga mendapat beban tugas administrasi dan rumah tangga. Memang diakui jumlah perawat masih minim,rasionya belum ideal," imbuhnya. Dia juga menyebutkan, selain untuk mendukung kesembuhan pasien, indikator tersebut juga merupakan bagian dari bisnis jasa yang membutuhkan pelayanan prima sebagai andalannya.
Minggu, 15 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
coba . . . . . . .
BalasHapus